Minggu, 25 April 2010
Serena Dua Cinta karya Ade Nastiti (Bacaan Wajib Fasilitator Pemberdayaan)
Belajar dari Hening
Sekapur Sirih dari Ibnu Taufan
Dari sejumlah profesi, barangkali fasilitator boleh digolongkan sebagai profesi atau peran baru yang belum banyak dikenal orang. Padahal, dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir ini semakin banyak orang berkiprah dan memilih profesi fasilitator sebagai pekerjaan, juga sekaligus pengabdian. Peran ini melekat pada sejumlah orang yang membantu, atau memudahkan masyarakat yang diberi kepercayaan oleh pemerintah (juga dunia usaha) untuk mengelola pembangunan guna memenuhi kebutuhan social dan ekonomi. Menyelesaikan persoalan-persoalan karena kurangnya akses pada prasarana dasar, atau kelangkaan sumber daya untuk mengembangkan potensi wilayah.
Dalam novel in, tokoh hening tidah hanya berhasil melaksanakan perannya untuk memudahkan masyarakat miskin di Tanah Flores yang indah itu dalam berpartisipasi mewujudkan mimpi-mimpi mereka. Lebih dari itu, ia juga telah belajar bersama masyarakat untuk menyerap prinsip-prinsip demokrasi demi mewujudkan kesejahteraan. Disamping itu, pilihan hening untuk menjadikan fasilitator pun telah memudahkan mimpi-mimpi masa kecilnya, memudahkan dendam-dendam masa lalnya, yang akhirnya bersenyawa menjadi cinta, kasih saying, dan ketulusan.
Hening berhasil melarutkan pikiran dan emosi lewat perjalanan perannya, lengkap dengan luapan dendam, rencana seorang anak kepada ayahnya, darah Flores yang mengalir di tubuhnya, panggilan hati, panorama Tanah Flores… serta benih benih cinta anak manusia. Sungguh luar biasa! Hening memang tidak sampai menghanyutkan emosinya secara keseluruhan, karena sempat ada juga riak-riak duka, letupan suka, serta pendar pendar kebanggaan sebagai seorang fasilitator. Seseorang dengan peran mulia memudahkan masyarakat untuk mewujudkan mimpi-mimpi keluar dari jerat kemiskinan.
Masih banyak pendar-pendar kehidupan fasilitatoryang menarik untuk diungkapkan, karena fasilitator itu sendiri berasal dari masyarakat, belajar dari dan bersama masyarakat. Fasilitator juga menyaksikan perjalanan politik elit masyarakatdi aras komunitas, dan seringkali juga harus tegar memasuki pusaran konflik-konflik kepentingan. Ia juga mengenal dengan baik modal social warga desa terpencil, tercengang saat menemukan kecerdasan local, yang akhirnya menggumpal menjadi sebuah passion.
Semoga Hening tidak terpenjara pada kehidupan domestic seorang perempuan. Kendati kemudian harus mendampingi Adrian, dan membagi kasih saying untuk buah cintanya. Untuk penulis, jangan sampai berhenti menulis.
Teruslah mencurahkan romansa kehidupan fasilitator, jadilah role model fasilitator yang bekerja dengan passion, agar peran mulia penuh tantangan ini menular inspirasi kepemimpinan bagi Indonesia kelak.
Serenada Dua Cinta harus dibaca oleh fasilitator dan mereka yang percaya belajar bersama dan dari masyarakat dari masyarakat akan membangun kecerdasan spiritual, dan insya Allah menjadi salah satu pilihan menuju Indonesia yang lebih makmur.
Jakarta, 1 Januari 2009
Hormat kami,
Ibnu Taufan, Team Leader PNPM Mandiri Perdesaan, Regional & Urban Planner; Community Developtment
Facebook:
http://www.facebook.com/home.php?#!/ibnu.taufan?ref=sgm
Harga buku: Rp. 53.000,- (Survey April 2010)
Tebal buku: 428 halaman
Penulis: Ade Nastiti, email: adesiti¬_barokah@yahoo.com , Website: http://www.adesiti.multiply.com
Penerbit:PT. Lingkar Pena Kreativa, Jl. Raya Jagakarsa (Simadakarsa) N0. A-1 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12620, Telp. 021-78882079, Email: lingkarpena@gmail.com,
Distributor: Mizan Media Utama (MMU)
Jl. Cinambo (Cisantren Wetan) No. 146, Ujungberung, Bandung 40294 Telp. (022) 7815500, Fax. (022) 7802288, Email: mizanmu@bdg.centrin.net.id
Catatan: Novel ini telah dijual di toko buku Gramedia, Kharisma, dll
Langganan:
Postingan (Atom)